OtoBiografi

My AutoBiography: Goresan di kala senggang

Masa Kecil

Alunan kumandang takbir Hari Raya Idul Fitri 1406 H baru 2 hari berlalu. Suasana Lebaran masih terasa di desa Teluk Kuali, sekitar 50 km dari Kota Muara Tebo. Sebuah desa yang cukup tersohor di kawasan Jambi. Orang-orang masih menikmati kue lebaran dan bersilaturahim antar sesama warga.

Malam hari, tepat pada tanggal 3 syawal -11 Juni 1986- , saya lahir ke dunia. Ibu melahirkan saya di rumah nenek. Oleh bapak, saya diberi nama Rido Fitra, begitulah yang tertulis di akte kelahiran hingga jadi nama resmi saya hingga sekarang. Kata bapak sengaja nama saya mengingatkan saya lahir dalam suasana Idul Fitri dan semoga selalu mendapatkan ridho-Nya. sebuah nama yang penuh doa. Amin.

Ketika lahir, abang saya telah berusia 3 tahun. Tidak banyak yang saya ingat ketika balita hingga adik bungsu kami, perempuan kami lahir, 4 tahun berselang. Saya ingat ketika adik lahir di rumah kami yang baru di dusun Sungai Hitam, masih di Desa Teluk Kuali, saya berada di kamar ibu ketika itu. Seingat saya kemudian, ada yang mengasih cabe merah ke bibir adik.

Saya beruntung memiliki orang tua yang begitu menyayangi kami. Kehidupan kami cukup lumayan karena kedua orang tua bekerja sebagai pegawai pemerintah. Setiap pagi, Bapak dan ibu pergi bekerja ke Pulau Temiang, ibukota kecamatan tebo ulu, kecamatan kami berada. Bapak bekerja sebagai PPL di dinas Pertanian sementara Ibu mengajar di SD negeri.

Bapak bernama Masduki. Beliau asli suku Jawa, namun lahir dan besar di pinggiran Kota Jambi. Lulus dari SPMA, beliau diangkat jadi pegawai dan ditempatkan di kecamatan tempat ibu berada. Beliau kos di depan rumah nenek. Sementara Ibu, Ermwati, asli suku Melayu Jambi. Selepas menyelesaikan sekolah di SPG, beliau diangkat jadi Guru SD.

Walau mereka berdua PNS, sebenarnya kehidupan kami tidak begitu berlebihan. Ibu menjadi tulung punggung nenek dengan ikut membantu sekolah adik-adiknya yang berjumlah 6. Ibu anak kedua dari 8 bersaudara. begitu juga dengan bapak, ikut membantu menguliahkan adiknya.

Ketika saya umur 5 tahun, saya dititipkan di sekolah, SD Inpres orang menyebutnya, karena mungkin dibangun atas instruksi presiden Soeharto ketika itu. Awalnya hanya dititipkan di sekolah tersebut karena ada Sepupui ibu yang mengajar di SD di desa kami tersebut. Namun, katanya karena saya cukup menangkap pelajaran kelas 1, maka saya didaftarkan. Maklum ketika itu TK belum ada di tempat kami.

Ketika umur 6 tahun, kakek – kami memanggilnya nenek jantan – meninggal karena terjatuh dari tempat tidur. Beliau seorang veteran pejuang kemerdekaan RI, yang karena itu, Alhamdulillah Nenek hingga sekarang menerima uang pensiun beliau. Beliau wafat di RSU Muara Bungo dalam usia 72 tahun. Tidak banyak yang saya ingat dari kakek, kecuali beberapa peristiwa. Di antaranya, beliau pernah membawakan kami batu besar seukuran kepala orang dewasa yang ditemukan di jalan antara rumah nenek ke tempat kami yang berjarak 4 km dengan memakai sepeda untanya yang telah tua.

Masa remaja

Tahun 1997, saya menamatkan SD dengan prestasi cukup memuaskan. ketika SD saya pernah jadi dokter kecil yg dikirim ke Muara Bungo.

Setelah tamat SD saya melanjutkan ke SMP masih di desa saya. Alhamdulillah dilewati dengan hasil membanggakan dengan nilai kelulusan NEM tertinggi.

Di tahun 2000, saya melanjutkan ke SMA N 1 Tebo -dulu masih bernama SMU N 1 Tebo Ulu- masih di desa kami. SMA ini berdiri tahun 1974.

Saya bersama teman pernah mengharumkan nama SMA dengan 2 kali mewakili kabupaten Tebo mengikuti LCT tingkat provinsi Jambi. Uniknya, dua kali berturu-turut juga kami memperoleh Juara Harapan I ( Peringkat 4). Ketika kelas 2 saya mengikutinya bersama Septi Merisa dan Lia Permata Sari, sedangkan ketka kelas 3 IPA bersama Septi Merisa dan Maya.

Saya bersama Septi Merisa, bergantian merebut juara umum. Alhamdulillah ketika lulus, saya memperoleh nilai tertinggi dengan rata-rata 8,4. Ketika itu tahun 2003, Ujian Nasinal untuk pertama kali diberlakukan dengan syarat nilai kelulusan 3,5 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika.

Ketika SMA saya mulai sedikit mengenal manhaj Salaf, sebagai jalan pemahaman yang selamat yang merujuk ke para Salafush Sholeh. Alhamdulillah saya mengenal manhaj ini lewat guru Matematika yang sering meminjamkan buku atau menyelipkan dakwah di ruangan kelas. Saya mulai membaca buku-buku dan majalah seperti As-Sunnah walau ketika SMA dulu belum paham kali karena belum pernah ketemu ustadz menghadiri kajian rutin ataupun dauroh.

Masa kuliah di Padang

Selepas SMA, saya mengikuti bimbel di Primagama, di kawasan Broni, Kota Jambi selama 2 bulan. Ketika ujian SPMB di kampus Unja, Jambi, saya memilih studi Ilmu Komputer IPB pada pilihan pertama dan Teknik Elektro Unand untuk pilihan kedua. Alhamdulillah saya diterima pada pilihan yang kedua, sesuai dengan cita-cita saya ketika SMA. Maka jadilah saya kuliah di kampus Limau Manih, Padang, ibukota negeri urang awak.
…..
…..
…..

Masa merantau di Batam
……
……
……

catatan:
otobiografi saya ini belum selesai, InsyaAllah jika Allah menghendaki, saya akan merampungkannya. Ini edisi perdana otobiografi saya, tak mustahil akan ada nanti revisi di sana-sini.

One Response to “OtoBiografi”

  1. halo..fitra.kito samo2 orang teluk kuali yg menetap di Provinsi kepulauan riau.awak tingal d tanjung pinang.awak kuliah di Situ.fit kan tingal d batam d mano.kawan2 awak bnyk d batam.enak idup d batam dak jok.milu tes CPNS bukode jok.awak ancur2 tingal d siko jok.kuliah d malaysia hanyo tahan 1semester di bandung 2 semester.kuat pengaruhe jok d kepulauan riau ko.fit banyak dak orang teluk kuali d batam jok.di mano2 go tingalnyo jok

Leave a Reply